Sewaktu Ayah, Ibu, dan Kakek kita kecil, majalah anak-anak masih menjadi bacaan langka dan sulit didapat. Kalau anak-anak ingin membaca, yang tersedia hanyalah koran dan buku-buku untuk orang dewasa.
Prihatin dengan kebutuhan anak-anak akan bacaan yang sesuai dengan usianya, Pak Sudjati SA, direktur majalah Kisah, menerbitkan majalah anak-anak Si Kuncung pada tahun 1956.
Majalah Si Kuncung merupakan majalah anak-anak legendaris karena banyak dikenal oleh anak-anak yang lahir pada tahun 1950-an hingga 1980-an. Majalah ini juga melahirkan banyak penulis, di antaranya Soekanto SA, Mohammad Sobary, dan Riyono Pratikno.
Pada tahun 1967 majalah anak-anak bertambah lagi dengan terbitnya majalah TomTom, disusul majalah Gatotkaca tahun 1969. Setelah Kuncung, TomTom, dan Gatotkaca, pada 1970-an terbit beberapa majalah anak-anak seperti Bobo, Ananda, dan Kawanku. Pada tahun 1980-an terbit majalah Kuncup.
Tahun 1990 majalah Bobo menjadi bacaan yang paling disukai anak-anak. Setiap minggu, sekitar 300.000 eksemplar majalah Bobo dicetak untuk memenuhi permintaan pembacanya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kesuksesan majalah Bobo membuat bacaan anak-anak terus tumbuh dan bertambah. Pada tahun 1990-an terbit beberapa majalah baru seperti Mentari, Aku Anak Saleh, Orbit, Favorite, dan Fantasi Kids. Selain itu, terbit tabloid anak-anak seperti Monitor Anak, Fantasi, Hoplaa, Tablo, danBando.
Meski kebanyakan majalah dan tabloid anak-anak tersebut kini sudah tidak terbit lagi, semangat untuk menyediakan bacaan anak-anak tak pernah pupus. Buktinya pada tahun 2000-an terbit beberapa majalah baru seperti Girls, XY Kids, Mombi, Oki Nirmala, Kreatif, Potret Negeri, Just for Kids, NG Kid, Barbie, HotWheels, Kiddo, Bee, dan koran anak Berani.
Majalah anak-anak adalah cermin perhatian orang dewasa terhadap anak-anak Indonesia. Generasi masa depan yang membutuhkan bacaan yang baik, mendidik, dan menyenangkan.
Majalah Si Kuncung yang terbit di Jakarta pertama kali tahun 1956 merupakan majalah bulanan. Pada tahun 1970-an, majalah ini terbit mingguan dengan cetak hitam putih tanpa sampul. Pada kepala halaman depan tertera nama ”Si Kuntjung” pada banner yang dibawa anak-anak. Isinya sebagian besar cerita pendek dengan ilustrasi, rubrik Kotak Wasiat, pengetahuan populer, teka-teki, soal-soal pengetahuan umum untuk siswa SD, rubrik Koran Ketjil, dan komik Moby Dick di halaman belakang.
Majalah ini tampil beda pada edisi nomor 21 tahun 1970 karena bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-14, yakni ditulis dengan tinta hijau. Sambutan tertulis Presiden Soeharto, Ketua MPRS AH Nasution, sejumlah menteri hingga Kapolri Hoegeng dan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dimuat di majalah. Si Kuncung terakhir terbit pertengahan dekade 1990-an.
Majalah anak tidak hanya muncul di Jakarta, seperti Si Kuncung. Majalah Kawanku justru terbit lebih dulu pada tahun 1950 di Yogyakarta. Di halaman depan majalah yang terbit setiap Sabtu ini tertulis ”Dikeluarkan oleh Badan Penerbit Kedaulatan Rakjat Yogyakarta”. Menyebut diri sebagai Madjalah Anak-anak, majalah ini berisi rubrik Lintasan Sedjarah, Kamus Ketjil, Technik dan Ilmu, bahasa, dan pengetahuan umum. Kawanku lebih banyak memuat foto-foto ketimbang ilustrasi.
Namun, majalah anak-anak pertama yang hadir di Indonesia sebenarnya adalah Kunang-kunangyang terbit empat tahun setelah kemerdekaan. Sayangnya, majalah keluaran Balai Pustaka ini hanya terbit hingga tahun 1954. Tulisan pendek tentang sastrawan Rusia Leo Tolstoi karangan Pramoedya Ananta Toer pernah dimuat di majalah ini tahun 1950-an.
Tahun 1970 muncul majalah Kawanku yang kemudian menjadi majalah remaja dengan namaKawanku Stil dan kini kembali menjadi Kawanku untuk remaja putri. Pada tahun 1990-an, dengan masuknya televisi swasta, majalah-majalah anak tidak luput dari pengaruh acara TV. Sampul-sampul bergambar bintang televisi dan penyanyi luar negeri banyak mewarnai majalah anak saat itu, termasuk bonus poster yang diberikan di tengah majalah.
Selain Kawanku, ada Ananda yang muncul tahun 1986. Komik-komik wayang, seperti Mahabharata dan Ramayana karya RA Kosasih, sempat menghiasi majalah ini sebagai sisipan. Ananda tidak terbit lagi pada tahun 1995 menyusul konflik kepemilikan. Pada tahun 2000-an, ia ”bereinkarnasi” sebagai Halo Nanda yang dikelola oleh mantan pegawai Ananda. Hanya sempat bertahan setahun, Halo Nanda kemudian berubah menjadi majalah digital Halo Nanda online sejak tiga tahun lalu yang bisa diakses gratis.
Pemimpin Redaksi Halo Nanda Harrie Adhie mengungkapkan, meski anak sekarang lebih akrab dengan perangkat digital, tidak otomatis membuat mereka berpindah membaca secara online. Gawai lebih banyak dipakai untuk permainan.
Hal serupa diungkapkan Pemimpin Redaksi Majalah Bobo Kussusani Prihatmoko. Menurut dia, pesaing majalah Bobo saat ini adalah televisi dan gawai seiring dengan daya baca anak yang menurun. Meskipun merupakan majalah waralaba dari Belanda, Bobo telah menemani anak-anak Indonesia selama 42 tahun. Tokoh-tokoh seperti Bobo, Oki dan Nirmala, serta Rongrong, dan Bona, gajah kecil berbelalai panjang yang kini berwarna ungu, sampai saat ini masih muncul di Bobo. Banyak orangtua dan anak yang berbagi pengalaman sama bersama tokoh-tokoh seperti Bobo dan kawan-kawan.
Bobo menjadi majalah anak berwarna pertama di Indonesia. Majalah ini menunjukkan pergeseran seiring perubahan tren, mulai dari tampilan majalah, jenis sisipan, hadiah, hingga minat anak. Jika dulu tampilan masih sederhana dengan cetakan yang kadang meleset, kini perwajahan sudah sangat menarik. Dari segi isi, jika dulu dipenuhi cerita pendek dan bergambar, kini Bobo lebih banyak dihiasi foto dan infografis. Materi tulisan lebih banyak ditulis dalam kelompok-kelompok kecil informasi ataupun poin-poin. Jumlah cerpen yang biasanya 5-7 setiap edisi kini berkurang menjadi hanya 3-5 buah.
Tampilan halaman dibuat lebih visual dengan memperbanyak foto, ilustrasi, dan infografis sebagai upaya menyiasati kecenderungan membaca anak yang berkurang karena terdistraksi televisi dan gawai.
Selain majalah, sempat muncul pula tabloid anak, seperti Fantasi, Hoplaa, dan Bianglala. Bahkan, terbit pula Koran Anak Berani yang menjadi koran anak pertama di Indonesia. Pada awalnya terbit Senin-Jumat, kini Berani hanya terbit Senin dan dalam bentuk online yang diperbarui setiap hari.
Koran ini dengan berani memberi banyak porsi untuk bacaan demi meningkatkan kebiasaan baca anak. Isinya, antara lain berita-berita yang diolah kembali untuk pembaca anak, pengetahuan, budi pekerti, inspirasi, puisi, kuliner, hingga teka-teki silang. Sosok selebritas, film, atau musik yang tengah digemari tetap ditampilkan, seperti One Direction atau Cinderella.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar